Selasa, 22 Desember 2015

Lukisan Batak


"Manduda Bayon"

Apakah anda pernah berkunjung ke tanah batak sebelumnya? Pernahkan anda mendengar tentang budaya bangsa batak? Ada banyak hal menarik yang cukup mengggelitik yang dapat anda temukan bila kita berkunjung atau sekedar berbincang mengenai bangsa batak. Bila anda ingin mengenal jauh tentang bangsa batak anda dapat menghubungi Kristien Sagala untuk dapat melihat kedalam bangsa batak lewat goresan warna Kristien Sagala. Hubungi: 081265991821 atau lenisamosir@gmail.com untuk mendapatkan lukisan mengenai bangsa batak dengan harga yang dapat anda tentukan sendiri, adapun lukisannya di lukis diatas kain-kain bekas dan anda juga dapat memesan gambar sesuai keinginan anda berikut ini beberapa lukisan karya Kristien Sagala putri daerah dari Sianjur Mula-Mula, sagala hutaurat batu-batu Kabupaten Samosir. HOras dihita saluhutna.

"My King"
 

"Melingkupi"
 

"Dijamah"


"Saurmatua(unfinish)"


"My Black One"

 "Ligth"

 
"Simple Rose"

"Mine"



 
 "My Green"

"Buterfly Koi"

Batak dan Kematian

Artikel Penuntun - KEMATIAN

Nas : Ayub 19:25-26
Ayat: "Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah."
Semua manusia, yang percaya dan yang tidak percaya, akan mati. Akan tetapi, kata "mati" di dalam Alkitab, memiliki lebih dari satu arti. Penting untuk mengerti hubungan orang percaya dengan berbagai arti kematian.
KEMATIAN SEBAGAI AKIBAT DOSA.
Pasal-pasal Kej 2:1-3:24 mengajarkan bahwa kematian memasuki dunia karena dosa. Orang-tua pertama kita diciptakan dengan kemampuan untuk hidup selama-lamanya; ketika mereka tidak menaati perintah Allah, mereka di-jatuhi hukuman atas dosa itu, yaitu kematian.
  1. 1) Adam dan Hawa tunduk kepada kematian jasmaniah. Allah telah menempatkan pohon kehidupan di tengah taman Eden agar dengan terus-menerus memakan buahnya umat manusia tidak akan pernah mati
    (lihat cat. --> Kej 2:9).
    [atau --> Kej 2:9]
    Tetapi setelah Adam dan Hawa memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, Allah mengatakan, "engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu" (Kej 3:19). Sekalipun mereka tidak mati secara jasmaniah pada hari mereka memakan buah itu, mereka kini tunduk pada hukum kematian sebagai akibat dari kutukan Allah.
  2. 2) Adam dan Hawa juga mati secara moral. Allah mengingatkan Adam bahwa ketika ia makan buah yang terlarang itu, ia pasti akan mati (Kej 2:17). Peringatan itu sangat serius. Sekalipun Adam dan Hawa tidak mati secara jasmaniah pada hari itu, mereka mati secara moral, yaitu tabiat mereka menjadi berdosa. Sejak Adam dan Hawa, semua orang dilahirkan dengan tabiat berdosa (Rom 8:5-8), yaitu suatu keinginan bawaan untuk mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan Allah atau orang lain
    (lihat cat. --> Kej 3:6;
    lihat cat. --> Rom 3:10-18;
    [atau --> Kej 3:6; Rom 3:10-18]
    Ef 2:3; Kol 2:13).
  3. 3) Adam_dan Hawa_juga mati secara rohani ketika mereka tidak taat kepada Allah, yaitu hubungan intim mereka yang dahulu dengan Allah menjadi rusak
    (lihat cat. --> Kej 3:6).
    [atau --> Kej 3:6]
    Mereka tidak lagi mengharapkan saat-saat berjalan dan berbincang-bincang dengan Allah di taman; sebaliknya mereka bersembunyi dari hadapan-Nya_(Kej 3:8). Di bagian lainnya, Alkitab mengajarkan bahwa terlepas dari Kristus, semua orang terasing dari Allah dan dari hidup di dalam-Nya (Ef 4:17-18); mereka mati secara rohani.
  4. 4) Akhirnya, kematian sebagai akibat dosa mencakup kematian kekal. Hidup kekal seharusnya menjadi akibat ketaatan Adam dan Hawa (bd. Kej 3:22); sebaliknya, prinsip kematian kekal telah diberlakukan. Kematian kekal adalah hukuman dan pemisahan kekal dari Allah sebagai akibat ketidaktaatan
    (lihat cat. --> Kej 3:4),
    [atau --> Kej 3:4]
    yaitu "menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya" (2Tes 1:9;
    lihat cat. --> Rom 6:16).
    [atau --> Rom 6:16]
  5. 5) Satu-satunya cara untuk lolos dari semua aspek kematian ini ialah melalui Yesus Kristus yang "telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa" (2Tim 1:10). Dengan kematian-Nya Ia mendamaikan kita dengan Allah, sehingga memutarbalikkan pemisahan dan pengasingan rohani yang dihasilkan dosa
    (lihat cat. --> Kej 3:24;
    lihat cat. --> 2Kor 5:18).
    [atau --> Kej 3:24; 2Kor 5:18]
    Oleh kebangkitan-Nya, Ia mengalahkan dan mematahkan kuasa Iblis, dosa, dan kematian jasmaniah
    (lihat cat. --> Kej 3:15;
    lihat cat. --> Rom 6:10;
    [atau --> Kej 3:15; Rom 6:10]
    bd. Rom 5:18-19; 1Kor 15:12-28; 1Yoh 3:8). Umat Allah di PL sudah bersaksi bahwa orang percaya tidak akan selamanya tinggal di dalam kubur. (lih. Ayub 19:25-26; Mazm 16:9-11;
    lih. art.KEBANGKITAN TUBUH).
MAKNA KEMATIAN JASMANIAH BAGI ORANG PERCAYA.
Sekalipun orang percaya di dalam Kristus memiliki jaminan hidup kebangkitan, mereka masih harus mengalami kematian jasmaniah. Tetapi orang percaya menghadapi kematian dengan sikap yang berbeda dari orang tidak percaya. Berikut adalah beberapa kebenaran yang dinyatakan Alkitab mengenai kematian seorang percaya.
  1. 1) Kematian bagi orang Kristen bukan merupakan akhir hidup, tetapi awal yang baru. Kematian bukan sesuatu untuk ditakuti (1Kor 15:55-57), melainkan saat perpindahan kepada hidup yang lebih sempurna. Kematian bagi orang percaya adalah kelepasan dari aneka kesulitan di dunia ini (2Kor 4:17) dan dari tubuh duniawi, supaya dikenakan hidup dan kemuliaan sorgawi (2Kor 5:1- 5). Paulus berbicara tentang kematian jasmaniah sebagai tidur (1Kor 15:6,18,20; 1Tes 4:13-15), dan secara tidak langsung menyatakan bahwa kematian adalah perhentian dari pekerjaan dan penderitaan dunia (bd. Wahy 14:13). Kematian berarti pergi untuk tinggal bersama dengan nenek moyang kita yang saleh yang telah mati sebelumnya
    (lihat cat. --> Kej 25:8)
    [atau --> Kej 25:8]
    dan menjadi pintu masuk ke hadapan Allah yang hidup (Fili 1:23).
  2. 2) Alkitab juga membicarakan kematian orang percaya dengan istilah-istilah yang menghibur. Kematian seorang percaya "berharga di mata Tuhan" (Mazm 116:15). Kematian adalah "masuk ke tempat damai" (Yes 57:1-2) dan "ke dalam kemuliaan" (Mazm 73:24); dibawa malaikat "ke pangkuan Abraham" (Luk 16:22); masuk "Firdaus" (Luk 23:43); pergi ke rumah Bapa di mana ada "banyak tempat" (Yoh 14:2); keberangkatan berbahagia untuk "bersama dengan Kristus" (Fili 1:23); keadaan "menetap pada Tuhan" (2Kor 5:8); "mati di dalam Kristus" (1Kor 15:18; bd. Yoh 11:11; 1Tes 4:13); suatu "keuntungan ... itu memang jauh lebih baik" (Fili 1:21,23) dan saat untuk menerima "mahkota kebenaran"
    (lihat cat. --> 2Tim 4:8).
    [atau --> 2Tim 4:8]
  3. 3) Mengenai jangka waktu di antara kematian jasmaniah seorang percaya dengan kebangkitan tubuhnya, Alkitab mengajarkan yang berikut:
    1. (a) Pada saat kematian orang percaya dibawa ke hadapan Kristus (2Kor 5:8; Fili 1:23).
    2. (b) Orang percaya berada dalam kesadaran penuh (Luk 16:19-31) dan mengalami sukacita atas kebaikan dan kasih yang diperlihatkan oleh Allah (bd. Ef 2:7).
    3. (c) Sorga itu bagaikan rumah, yaitu tempat beristirahat dan aman (Wahy 6:11) dan tempat berkumpul dan bersekutu dengan sesama orang percaya
      (lihat cat. --> Yoh 14:2).
      [atau --> Yoh 14:2]
    4. (d) Kegiatan di sorga meliputi penyembahan dan bernyanyi (Mazm 87:1-7; Wahy 14:2-3; 15:3), tugas-tugas yang sudah ditetapkan (Luk 19:17), serta makan dan minum (Luk 14:15; Luk 22:14-18; Wahy 22:2).
    5. (e) Selama menantikan kebangkitan tubuh, orang percaya bukan merupakan roh tanpa tubuh, tetapi berselimutkan tubuh sorgawi yang sementara (Luk 9:30-32; 2Kor 5:1-4).
    6. (f) Di sorga orang percaya tetap memiliki jati-diri mereka (Mat 8:11; Luk 9:30-32).
    7. (g) Orang percaya yang sudah mati tetap akan memperhatikan maksud-maksud Allah di bumi (Wahy 6:9-11).
  4. 4) Sekalipun banyak pengharapan dan sukacita menanti orang percaya pada saat kematiannya, orang percaya masih bersedih ketika seorang anggota keluarganya meninggal. Misalnya, setelah kematian Yakub, Yusuf sangat meratapi kematian ayahnya; tanggapannya atas kematian ayahnya adalah contoh bagi semua orang percaya yang mengalami kematian seorang anggota keluarga
    (lihat cat. --> Kej 50:1).
    [atau --> Kej 50:1]
    Keterangan mengenai kematian diatas siambil dari:http://alkitab.sabda.org/article.php?id=8421
Tak ada satupun yang dapat mengetahui kapan kematian mendekat atau datang menghampirinya atau bahkan mampu mengelakkannya. pada bangsa batak sekalipun terdapat cara pandang yang cukup unik terkait dengan kematian.Ada beberapa jenis kematian dalam bangsa batak seperti meninggal ketika masih dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur tanpa peti mati). Tetapi bila mati ketika masih bayi (mate poso-poso), mati saat anak-anak (mate dakdanak), mati saat remaja (mate bulung), dan mati saat sudah dewasa tapi belum menikah (mate ponggol), keseluruhan kematian tersebut mendapat perlakuan adat : mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas masyarakat Batak) sebelum dikuburkan. Ulos penutup mayat untuk mate poso-poso berasal dari orang tuanya, sedangkan untuk mate dakdanak dan mate bulung, ulos dari tulang (saudara laki-laki ibu) si orang yang meninggal.
Upacara adat kematian semakin sarat mendapat perlakuan adat apabila orang yang mati: 1. Telah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan/mate punu), 2. Telah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate mangkar), 3. Telah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kawin, namun belum bercucu (mate hatungganeon), 4. Telah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari matua), dan 5. Telah bercucu tapi tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua).




Kematian ideal (meninggal dengan tidak memiliki tanggungan anak lagi).Mate Saur matua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara bagi masyarakat Batak (terkhusus Batak Toba), karena mati saat semua anaknya telah berumah tangga. Memang masih ada tingkat kematian tertinggi diatasnya, yaitu mate saur matua bulung (mati ketika semua anak-anaknya telah berumah tangga, dan telah memberikan tidak hanya cucu, bahkan cicit dari anaknya laki-laki dan dari anaknya perempuan) (Sinaga,1999:37–42).

Dalam kondisi seperti inilah, masyarakat Batak mengadakan pesta untuk orang yang meninggal dunia tersebut. Ini menjadi sebuah tanda bahwa orang yang meninggal tersebut memang sudah waktunya (sudah tua) untuk menghadap Tuhan dan ini disambut dengan rasa bahagia dan suka cita. Sedih pasti ada, tapi mengingat meninggalnya memang dikarenakan proses alami (sudah tua) maka kesedihan tidak akan berlarut-larut. Ibaratnya, orang yang meninggal dalam status saur matua, hutangnya di dunia ini sudah tidak ada lagi/LUNAS. Dalam masyarakat Batak, hutang orang tua itu adalah menikahkan anaknya. Jadi, ketika hutang seseorang itu LUNAS, maka sangatlah wajar jika dia merasa tenang dan lega.
Masyarakat Batak biasanya mengadakan acara seperti acara pernikahan, dengan menampilkan alat musik berupa organ untuk bernyanyi, makan makan seperti menyembelih hewan, minum minuman tradisional seperti tuak. Alat musik organ digunakan di daerah perantauan umumnya, namun di daerah aslinya, Sumatera Utara, gondang sebagai alat musik khas Bataklah yang digunakan. Ini semata-mata karena alat musik gondag yang sulit ditemukan di daerah perantauan. Untuk peyembelihan hewan, juga ada kekhasannya. Masyarakat Batak secara tersirat seperti punya simbol tentang hewan yang disembelih pada upacara adat orang yang meninggal dalam status saur matua ini. Biasanya, kerbau atau sapi akan disembelih oleh keluarga Batak (terkhusus Batak Toba) yang anak-anak dari yang meninggal terbilang sukses hidupnya (orang mampu). Namun, jika kerbau yang disembelih, maka anggapan orang terhadap keluarga yang ditinggalkan akan lebih positif, yang berarti anak-anak yang ditinggalkan sudah sangat sukses di perantauan sana.
Ketika seseorang masyarakat Batak mati saur matua, maka sewajarnya pihak-pihak kerabat sesegera mungkin mengadakan musyawarah keluarga (martonggo raja), membahas persiapan pengadaan upacara saur matua. Pihak-pihak kerabat terdiri dari unsur-unsur dalihan natolu. Dalihan natolu adalah sistem hubungan sosial masyarakat Batak, terdiri dari tiga kelompok unsur kekerabatan, yaitu : pihak hula-hula (kelompok orang keluarga marga pihak istri), pihak dongan tubu (kelompok orang-orang yaitu : teman atau saudara semarga), dan pihak boru (kelompok orang-orang dari pihak marga suami dari masing-masing saudara perempuan kita, keluarga perempuan pihak ayah). Martonggo raja dilaksanakan oleh seluruh pihak di halaman luar rumah duka, pada sore hari sampai selesai. Pihak masyarakat setempat (dongan sahuta) turut hadir sebagai pendengar dalam rapat (biasanya akan turut membantu dalam penyelenggaraan upacara). Rapat membahas penentuan waktu pelaksanaan upacara, lokasi pemakaman, acara adat sesudah penguburan, dan keperluan teknis upacara dengan pembagian tugas masing-masing. Keperluan teknis menyangkut penyediaan peralatan upacara seperti: pengadaan peti mati, penyewaan alat musik beserta pemain musik, alat-alat makan beserta hidangan buat yang menghadiri upacara, dsb.
Pelaksanaan upacara bergantung pada lamanya mayat disemayamkan. Idealnya diadakan ketika seluruh putra-putri orang yang mati saur matua dan pihak hula-hula (saudara laki-laki dari pihak isteri) telah hadir. Namun karena telah banyak masyarakat Batak merantau, sering terpaksa berhari-hari menunda pelaksanaan upacara (sebelum dikuburkan), demi menunggu kedatangan anak-anaknya yang telah berdomisili jauh. Hal seperti itu dalam martonggo raja dapat dijadikan pertimbangan untuk memutuskan kapan pelaksanaan puncak upacara saur matua sebelum dikuburkan. Sambil menunggu kedatangan semua anggota keluarga, dapat dibarengi dengan acara non adat yaitu menerima kedatangan para pelayat (seperti masyarakat non-Batak). Pada hari yang sudah ditentukan, upacara saur matua dilaksanakan pada siang hari, di ruangan terbuka yang cukup luas (idealnya di halaman rumah duka).
Jenazah yang telah dimasukkan ke dalam peti mati diletakkan di tengah-tengah seluruh anak dan cucu, dengan posisi peti bagian kaki mengarah ke pintu keluar rumah. Di sebelah kanan peti jenazah adalah anak-anak lelaki dengan para istri dan anaknya masing-masing, dan di sebelah kiri adalah anak-anak perempuan dengan para suami dan anaknya masing-masing. Di sinilah dimulai rangkaian upacara saur matua. Ketika seluruh pelayat dari kalangan masyarakat adat telah datang (idealnya sebelum jamuan makan siang). Jamuan makan merupakan kesempatan pihak penyelenggara upacara menyediakan hidangan kepada para pelayat berupa nasi dengan lauk berupa hewan kurban yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh para parhobas (orang-orang yang ditugaskan memasak segala makanan selama pesta). Setelah jamuan makan, dilakukan ritual pembagian jambar (hak bagian atau hak perolehan dari milik bersama). Jambar terdiri dari empat jenis berupa : juhut (daging), hepeng (uang), tor-tor (tari), dan hata (berbicara) (Marbun&Hutapea,1987:66–67). Masing-masing pihak dari dalihan natolu mendapatkan hak dari jambar sesuai ketentuan adat. Pembagian jambar hepeng tidak wajib, karena pembagian jambar juhut dianggap menggantikan jambar hepeng. Namun bagi keluarga status sosial terpandang, jambar hepeng biasanya ada.
Selepas ritus pembagian jambar juhut, dilanjutkan ritual pelaksanaan jambar hata berupa kesempatan masing-masing pihak memberikan kata penghiburan kepada anak-anak orang yang meninggal saur matua (pihak hasuhuton). Urutan kata dimulai dari hula-hula, dilanjutkan dengan dongan sahuta, kemudian boru / bere, dan terakhir dongan sabutuha. Setiap pergantian kata penghiburan, diselingi ritual jambar tor-tor, yaitu ritus manortor (menarikan tarian tor-tor). Tor-tor adalah tarian tradisional khas Batak. Tarian tor-tor biasanya diiringi musik dari gondang sabangunan (alat musik tradisional khas Batak). Gondang sabangunan adalah orkes musik tradisional Batak, terdiri dari seperangkat instrumen yakni : 4 ogung, 1 hesek , 5 taganing, 1 odap, 1 gondang, 1 sarune.
Setelah jambar tor-tor dari semua pelayat selesai, selanjutnya adalah kata-kata ungkapan sebagai balasan pihak hasuhuton kepada masing-masing pihak yang memberikan jambar hata dan jambar tor-tor tadi. Selanjutnya, salah seorang suhut mengucapkan jambar hata balasan (mangampu) sekaligus mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya upacara. Setiap peralihan mangampu dari satu pihak ke pihak lain, diselingi ritus manortor. Manortor dilakukan dengan sambil menghampiri dari tiap pihak yang telah menghadiri upacara tersebut, sebagai tanda penghormatan sekaligus meminta doa restu.
Setelah semua ritus tersebut selesai dilaksanakan, upacara adat diakhiri dengan menyerahkan ritual terakhir (acara penguburan berupa ibadah singkat). Ibadah bisa dilakukan di tempat itu juga, atau ketika jenazah sampai di lokasi perkuburan. Hal ini menyesuaikan kondisi, namun prinsipnya sama saja. Maka sebelum peti dimasukkan ke dalam lobang tanah (yang sudah digali sebelumnya), ibadah singkat dilaksanakan (berdoa), barulah jenazah yang sudah di dalam peti yang tertutup dikuburkan.
Sepulang dari pekuburan, dilakukan ritual adat ungkap hombung. Adat ungkap hombung adalah ritus memberikan sebagian harta yang ditinggalkan si mendiang (berbagi harta warisan) untuk diberikan kepada pihak hula-hula. Namun mengenai adat ungkap hombung ini, telah memiliki variasi pengertian pada masa kini. Idealnya tanpa diingatkan oleh pihak hula-hula, ungkap hombung dapat dibicarakan atau beberapa hari sesudahnya. Apapun yang akan diberikan untuk ungkap hombung, keluarga yang kematian orang tua yang tergolong saur matua hendaklah membawa rasa senang pada pihak hula-hula.
Ini adalah bagian dari ritual kematian adat Batak, khususnya Batak Toba. Memang unik, tetapi itu nyata dan saya melihat serta pernah mengikuti prosesi ini sendiri. Kematian yang seharusnya dengan air mata akan penuh dengan canda tawa dan riuhnya pesta pakai musik, layaknya pesta pernikahan, hanya jika mendiang meninggal dalam status SAUR MATUA tadi.
DIkutip juga dari: http://www.gentaandalas.com/tradisi-pesta-dalam-upacara-kematian-suku-batak/

Selasa, 15 Desember 2015

Pembuat aplikasi dengan bahasa Java

Anda membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan tugas anda? saya Kristien Sagala siap membantu anda menuntaskan menyelesaikan aplikasi anda dalam bahasa java hubungi saya di 081265991821 atau lenisamosir@gmail.com

painting

do you need a souvenir or memento of a typical native of samosir ? if the answer is yes please call me at 081265991821 Kristien sagala to get a typical painting Batak